
Www.google.com
Hari-hari yang penuh dengan kehawatiran, membuat setiap sendi kehidupan lumpuh seketika. Tentara-tentara kecil dari negeri tirai bambu di buat geger. Se isi bumi ini tiarap dan tercengang menyaksikan ganasnya serangan mematikan yang tidak disadari oleh banyak orang.
Terlepas ini berbicara mengenai senjata yang di buat dengan intrik konsfirasi, yang jelas sudah berapa banyak korban yang berguguran di seluruh dunia terkena peluru yang mematikan ini. Keserakahan yang membuat segalanya buta, menjadikan nyawa manusia sebagai pemupuk harta kekayaan.
Kafitalisme barat dengan Sosialisme timur saling lempar batu panas mencitrakan diri dihadapan dunia agar mendapat legitimasi dari negara-negara yang dijadikan sebagai ladang pertempuran. Penawar-penawar yang di ciptakan didagangkan sana sini, karena banyak negara yang terdampak membutuhkan kesembuhan. Hal itu di buat seiring merambaknya para pembunuh kecil menumbangkan kehidupan di dunia ini.
Terlepas apa yang menjadi kepentingan di atas semua kejadian ini, tentu keselamatan manusia lah yang menjadi preferensi utama demi tetap menjaga tatanan hidup di dunia ini. Tidaklah bisa menyalahkan siapa yang patut untuk di salahkan, karena tentara-tentara kecil ini sudah menjadi musuh bersama, musuhnya setiap negara. Gerakan yang begitu cepat dari satu manusia ke manusia lainnya, menjadi hal yang patut di waspadai dan tetap menjaga peta penyebarannya.
Kini dunia menjadi era disruption, dimana semua tatanan colaps menyesuaikan dengan kondisi yang sangat ketir, manusia hidup tidak di atas kebahagiaan, melainkan pikirannya di hantui dengan kepanikan. Rumah seakan-akan menjadi penjara baru bagi manusia yang tidak bersalah sedikitpun. 14 hari menjadikan manusia kembali terasing dari kehidupan nyata, karena kematian sedang mengejar-ngejar manusia yang tidak lagi mempercayainya.
Namun peristiwa ini bukanlah suatu hal yang musti di biarkan begitu saja, dijadikan gunjingan dan disepelekan. Melainkan harus kita lawan bersama, mengingat banyak pembelajaran yang mesti di ambil dari berbagai negara yang sudah terjangkit parah. 14 hari yang di anggap penjara justru menjadi perisai yang dapat melindungi tubuh dari genjacatan senjata kecil yang menusuk pernafasan.
Strategi perlawanan dari setiap negara sedang di susun secara masif, namun binasalah bagi negara yang terlambat dalam melawan gencatan senjata itu, karena ia bergerak dan menyerang tanpa ampun dan aba aba, tidak melihat dia yang berseragam, dia yang berpangkat tinggi, dan dia yang hari-harinya penuh dengan keringat sampah, semua itu bisa terlukai bahkan mati tak tertolong.
Maka munculah penjara-penjara itu ( Rumah sebagai ruang isolasi manusia) untuk melindungi rakyatnya dari kebiadaban para tentara kecil yang haus akan nyawa manusia.
Yang mampu memenangkan peperangan ini adalah mereka yang melawan egoisme dirinya sendiri dan tetap berlindung dibalik waktu 14 hari. Patut untuk di menangkan, karena jika kalah secara tidak langsung kita menyumbangkan nyawa untuk mereka yang sedang berusaha mengerik kekayaan dunia ini agar di kuasai oleh segelintir orang yang bercokol diatas kerusuhan yang terjadi saat ini.
Jendral sudirman pernah berpesan ketika dirinya dan pasukannya sedang di hujani peluru dari senapan dan laras panjang oleh tentara belanda, " kalau bukan dengan perlindungan tuhan (Allah Swt ) kita semua telah mati karena terus terusan di hujani peluru belanda".
maksudnya untuk keadaan saat ini kita semua masyarakat indonesia sedang di hujani peluru yang kedatanganya masih menjadi tanda tanya besar dan patut untuk di pertanyakan. Namun saat ini bukan waktunya untuk itu, tapi berusahalah dan berdoa kepada keyakinan masing-masing agar usaha yang sedang kita lakukan saat ini bisa benar-benar mampu memerangi tentara-tentara kecil yang mematikan.
Lekas sembuh bumiku
Lekas sembuh indonesiaku
Lekas sembuh rakyat
MERAH PUTIH BANGKIT MELAWAN
#Perangi_covid-19
#Tentara_kecil/peluru_kecil (covid-19)
#Enyahlah_kafitalism
#14_hari_Isolasi
Referensi :
• Great Disruption Fukuyama
• Pokok-Pokok Grilya (A.H Nasution)
• Teori - Teori Konsfirasi
"Sebelumnya mohon maaf gaya penulisannya pasti membuat para pembaca berfikir dua kali mengenai subtansi mengacu kepada siapa, karena opini subjektiv ini timbul daripada keresahan saya secara individu yang kemudian di kaitkan dengan referensi yang saya baca selama menghabiskan waktu di penjara ini selama 14 hari"
Kritik dan saran sangat saya butuhkan, agar penulisan saya bisa menjadi lebih baik dan tentunya esensial.
Bandung, 25 Maret 2020
DENI PERMANA
Mantapp,
BalasHapusTerimakasih banyak min 🤗
HapusMantap den, semangat terus dalam berkarya.
BalasHapus