
"Bebek jalan berbondong-bondong, tetapi elang terbang dengan sendirian" tandas soekarno yang banyak di kutif dalam berbagai literatur untuk membangkitkan giroh pemuda bumi putera. Perjuangan tidak di patok oleh banyaknya orang, satu orang yang berjuang dalam hal kebenaran membongkar kebejatan, merelakan satu-satunya nyawa demi menjaga nasib bangsa, itulah yang di maksud elang satu satunya.
Pasca gerakan 98 yang berhasil menumbangkan rezim absolut, nama mahasiswa sangatlah menggaung, membuat bulu kuduk merinding bagi siapapun yang mendengarnya dan memperbincangkan namanya. Kesadaran kolektif yang terbangun dari berbagai mahasiswa yang ada di berbagai kampus indonesia terbangun untuk melakukan sebuah aksi kolektif tanpa adanya sektarian kelompok tertentu dalam menyoal keinginan bersama.
Prestasi besar yang di raih mahasiswa dengan segudang ilmu dan tindakan nyata, merealisasikam ide serta gagasan yang di miliki yang di tuangkan dalam aksi nyata karena keresahan yang di rasakan secara bersama. Sakitnya bangsa indonesia saat itu menggiring seluruh elemen masyarakat untuk bangkit melawan dalam ketertindasan, termasuk mahasiswa dengan kegeraman yang di rasakannya menjadi motor dari gerakan 98 tersebut.
32 tahun bangsa kita di kuasai oleh satu diktat keparat, kebebasan di pasung, hak di sumpal, mulut terkaput, bersuara bertaruh nyawa, berkumpul nasibnya di tentukan oleh senjata, samurai dengan tubuh terbungkus dalam karung mengapung di aliran sungai. Nyawa manusia sudahlagi tidak berharga seolah hewan buruan demi kepentingan dan kepuasan perut para penguasa di atas sana.
Mahasiswa bukan dalam arti terbodohi, semua tiarap dengan mulut tersusut, satu kata keluar peluru masuk dalam kepala, Mencekamnya kala itu. Namun mahasiswa tidak pernah berputus asa untuk melawan diktat dengan ribuan senjatanya.
Bermodalkan keresahan dengan suara yang terus di teriakan sampai meletusnya gerakan 98 dengan keberhasilan yang di dapatkan. Sangatlah berjasa para mahasiswa kala itu menjungkir balikan tatanan demi terciptanya demokarsi sebuah bangsa.
"Patah tumbuh hilang berganti" kalimat indah namun mahasiswa hari ini tidai bisa memaknai, kebebasan bersuara tidak ada yang melarang, berdemonstrasi jarang ada yang menghadang, berkumpul tidak ada yang membubarkan. Namun kemana taring semua mahasiswa? Terlena akan kebebasan sehingga lupa akan kewajiban, bebas mengkritisi tapi selesai diatas kursi dengan sedikit amplop dan secuil nasi, gerakan di lakukan katanya dalih kemanusiaan tapi nyatanya hanya pemenuhan kebutuhan dan sekedar menggugurkan kewajiban.
Rendah sekali rasanya, banyak masyarakat yang mempertanyakan kemana sekarang mahasiswa, pemerintah yang semena mena memperkosa hak-hak rakyat, mahasiswa bungkam saja, takut ??? Rasanya bukan itu masalahnya. Tapi banyak mahasiswa yang tidak menggunakan otaknya, membiarkan buku di toko-toko hingga berdebu, karat mulai menggerogoti pikiran nya, keapatisan menjadi teman sejati dengan mahasiwa. Penguasa tertawa bahagia melihat mahasiwa yang telanjang otaknya.
Definisi mahasiswa adalah tidak membaca, tapi teriak paling kenceng seolah paling tahu segalanya, pangkatnya mahasiswa, dengan gelar yang selalu di buru menjadi komoditas yang berlaku. Ijazah tanda seseorang pernah sekolah atau kuliah ,bukan tanda seseorang pernah berpikir dan bersuara.
Degradasi idealisme mahasiswa tepat untuk melabelkan mahasiswa zaman sekarang.
Sahabatnya adalah buku, pacarnya adalah diskusi seharunya untuk mahasiswa saat ini. Jangan biarkan penguasa di atas sana haha hihi mengantongi uang dengan sepuas hati, masyarakat tercekik nyaris mati, Mahasiwa tidak tahu diri.
Sadarlah para mahasiswa, kritis yang dimiliki jangan sampai terjual gara gara urusan politisi, terus sampaikan demi menebar kebaikan tanpa harus itung itungan. Mahasiswa seharunya menjadi pengontrol penguasa bukan malah penguasa yang mengontrol mahasiswa.
Jangan sampai dunia ini kau biarkan terbalik. Mahasiswa tidak boleh bias akan kebenaran, aksiologikan hasil bacaan dengan suara yang terus di lantangkan.
"Idealisme menjadi kemewahan terahir seorang pemuda" (tan malaka) idealis jangan sampai lenyap di telan usia, jika tak ada lagi ribuan pemuda atau mahasiswa yang memperjuangkan kebenaran, berjanjilah di hadapan tuhan itulah aku satu satunya.
BANDUNG, 23 APRIL 2019
DENI PERMANA
#mahasiswa uin bandung
Madep ✊
BalasHapusSiap terimakasih 😊
BalasHapusTerus menulis, menulis, dan berdarah. Biarkan darahmu mengalir di setiap karya yang dicipta, karena pada suatu saat akan engkau temukan percikan-percikan darah itu menjadi obat untuk bangsa yang sedang sakit terutama "mahasiswa"
BalasHapusSudah saatnya mungkin memperbanyak karya bukan drama 😁 makasih sarannya nya pak ijal
HapusKeren sekali tum Deni, mari implementasi kan bersama
BalasHapusBerangkat jadi birokrat desa yang merakyat bukan ngebangsat tum dede 😁😎 mari kita aksiologiskan
Hapus