Telah di ceritakan dalam sejarah peradaban sebuah kerajaan, sebutlah kerajaan tersebut dengan nama kerajaan nusantara. Yang secara kebetulan terdapat seekor kambing dan serigala yang selalu hidup dan berdampingan sekaligus asyik untuk di perbincangkan. Mereka tidak bisa di pisahkan, selalu hidup rukun, damai dan berseri-seri. Sekalipun mereka terlahir dari kultur yang berbeda, tetapi mereka berusaha untuk saling memahami dan menyayangi satu sama lain, tanpa mencurigai hal-hal yang negatif diantara keduanya.
Dalam kerajaan tersebut pula ada dua kubu yang berseteru yakni kubu merah dan kubu putih, kubu merah di prakarsai oleh seekor banteng dan kubu putih di prakarsai oleh seekor onta. Kubu banteng ini adalah kubu yang berhasil menguasai kerajaan nusantara tersebut dan kubu putih ini menjadi kubu oposisi dari kubu si banteng yang selalu bertingkah picik dan membuat rakyat yang ada di daerah jajahan dan kekuasaannya itu di peras keringatnya, dan di perkosa hak-haknya.
Si kambing dan si serigala tersebut seringkali menanyakan terhadap hewan-hewan lain yang ada di sekitarnya, karena umurnya semakin dewasa, pemikirannya semakin berkembang, mereka pun mulai tersadarkan oleh kondisi lingkungan sekitar. Namun pada saat itu juga si kambing langsung bertanya tanya secara sembunyi tanpa sepengetahuan si serigala dia menanyakan kepada kubu si merah, disitulah pendidikan politik yang diterima oleh si kambing dengan doktrin-doktrin yang diterapkan oleh kubu si banteng. Si kambing tersebut di ajarkan untuk membenci kelompok oposisi kerajaan tersebut dengan cara menjelek-jelekan dan dan menyebarluaskan berita-berita palsu terkait si oposisi karena yang dituju adalah kekuasaan.
Hubungan antara si kambing dan serigala mulai renggang dengan sikap si kambing yang berbeda, serba menutup nutupi segala informasi kepada si serigala. Selang setelah itu si serigala di dekatilah oleh kubu si unta, dia diberikan pendidikan yang baik dengan paham kepentingan rakyat (komunal).
Si kambing dia menjadi hewan yang sangat licik dan pandai menghegemoni dalam menggerakan masa, namun dia lemah dalam segi kekuatan fisik. Si srigala dia adalah seekor hewan yang sangat kuat, dia pandai berlari dan mampu memangsa siapapun yang berani mengganggu keberadaannya, namun seokor srigala ini dia hewan yang selalu di asingkan di dalam sebuah kerajaan tersebut karena tingkahnya dan pemikiran nya yang selalu bersebrangan dengan hewan-hewan yang lainnya seperti halnya dengan si kambing-kambing yang tadi.
Keduanya memiliki misi yang sangat besar untuk sama-sama menjadi hewan yang kuat dan cerdik dalam memperebutkan kekuasaan dan tahta kerajaan. Di tahun yang sedang mereka jalani, mereka sama sama bersaing untuk mempersiapkan dirinya dalam kontestasi politik kerajaanya, si kambing dengan konsef hegemoni masanya dan si srigala dengan karismatik geraman nya. Seiring berjalan nya waktu mereka terus terusan bersaing dengan sangat keras, berbagai cara mereka lakukan demi kepentingan mereka, dengan dukungan para kubu yang ada di belakangnya.
Tiba masanya pada perebutan kekuasaan kerajaan. Terjadilah dialog diantara kedunya.
Kambing : “wahai serigala sudahlah kamu tak usah jadi pemimpin di kerajaan ini” ujar si kambing dengan kesombongannya!
Serigala : “hei kambing, kerjaan ini bukanlah kerajaan milik ayah dan ibumu, kerajaan ini bukanlah kerajaan untuk memperkaya dirimu dan antek-antekmu, kerajaan ini bukanlah kerajaan untuk memasung rakyatmu, tapi kerajaan ini adalah kerajaan milik rakyat yang telah di pasung kesejahteraannya oleh banteng berkerah, yang berjiwa tikus”. Dengan lantangnya seekor serigala menuangkan kekesalan yang terjadi dalam kerajaannya.
Kambing : “sekeren apapun gagasanmu, sepintar apapun pembicaraanmu, dan selantang apapun retorikamu, tetap kekuasaan adalah milik hewan-hewan yang selalu mengikuti arus bukan hewan yang melawan arus atas dasar idealisme, sudahlah ikuti saja aku jangan sampai kamu miskin juga seperti rakyat-rakyat yang ada di luar sana, nikmatilah kekuasaan ini demi kepentingan kita” tutur sikambing sambil pergi meninggalkan si serigala.
Setelah terjadi dialog tersebut serigala pergi untuk mempersiapkan dirinya dalam pemilihan pemimimpin di kerajaannya. Secara hukum, sitem yang diberlakukannya adalah sistem pemilihan demokrasi yang di anutnya. pemilihan umum itu tengah berlangsung untuk menentukan raja barunya.dengan dua kandidat raja dari pengusung yang berbeda, si kambing di usung oleh kubu merah dan si serigala di usung oleh kubu putih. Namun secara nyata sistem demokrasi itu hanyalah sebuah delusi, pada kenyataannya kecacatan demi kecatatan itu menempel ditubuh demokrasi tersebut. Hingga pada ahirnya dalam kontestasi politik tersebut si kambinglah yang memenangkan pemilunya. Semua kubu merah itu tertawa karena telah berhasil mempertahankan kekuasaanya dan menjadikan seekor kambing itu sebagai aktor yang di setir oleh kaum kaumnya.
Si serigala menerima secara lapang dada berikut dengan kaum-kaumnya yang akan di cekik dan di himpit segala kebutuhan dan keinginannya. Serigala tersebut terus memiliki keyakinan dan tekad yang kuat bahwa saya menjadi seorang pemimpin kelak bukan dari golongan mana, bukan dari partai mana dan bukan dari aliran mana. Tapi saya ingin menjadi pemimpin wakil dari rakyat dengan segenap kepentingan rakyat“jeritan si serigala dalam hatinya”.
Itulah sebuah analogi yang terjadi di negri ini, dimana kecerdasan dan kekuatan fisik bukan menjadi suatu hal untuk mendapatkan kekuasaan. Tetapi kelicikan atas dasar kebodohan dan haus akan kekuasaan ini menjadi sebuah hal yang dipertarungkan. Karena orang bodoh itu banyak pengikutnya ketimbang orang-orang yang pintar.
Dengan politik orang dekat sekalipun, dia akan berjauhan, saling menjatuhkan, saling membunuh karakter satu sama lain, karena telah di butakan oleh kekuasaan dengan iming-iming jabatan strategis demi kantong yang tak pernah tipis. Bukan berarti renungan ini ku tulis untuk kalian menjadi manusia-manusia a-politis, akan tetapi pada dasarnya manusia adalah zon politicon, namun satu yang harus di tanamkan dalam diri manusia terkhusus para politisi adalah jangan menghilangkan “NILAI-NILAI KEMANUSIAAN”.
Kalau dalam bukunya jalaludin rakhmat (rekayasa sosial) ketika dalam sebuah negara di kuasai oleh kelompok kambing, mereka tidak aka menjadikan pemimpin barunya dari seekor serigala, tetap mereka akan melahirkan pemimpin baru dari kambing dalam kelompoknya.
Kemudian ketika dalam suatu negara di kuasai oleh seekor serigala maka mereka akan mejadikan pemimpinnya diantara serigala yang paling kuat. Karena ketika serigala memimpin kelompok kambing-kambing yang menyimpang dan tersesat, dia akan menghabiskan kambing-kambing itu.
Bebek jalan berbondong-bondong tetapi elang berjalan dengan sendirian (soekarno, bergeraklah mahasiswa).
~Solusi itu bukan menyelesaikan masalah tetapi melahirkan masalah baru.
~hidup adalah perlawanan
#Deni_Permana
#Berisik
#Kembara.oficial.com
#Moto_Hidup : Hidup adalah bagaimana menertawakan air mata yang turun deras bercucuran (marx manson)


Komentar
Posting Komentar