Telah sekian lama pikiran ini istirahat dari hal-hal yang membuat pandangan ini selalu ingin mengkritik dan melawan segala hal ketimpangan yang terjadi di bumi putera dan organisasi yang berlandaskan ideologisasi dan kaderisasi. Ide ini muncul tidak terlepas dari pada pengalaman dan pengamatan yang terjadi di setiap organisasi. Karena orang hebat membicarakan gagasan, orang menengah membicarakan pengalaman dan orang lemah membicarakan orang lain
Kaderisasi adalah ajang dimana sebuah organisasi melakukan recruitment anggota baru sebagai pembaharu dalam menggerakan roda-roda organisasi, dalam proses ini tentunya banyak pengurus yang melakukan berbagai cara yang masif dan progresif dalam menarik hati para kader-kader baru. Apalagi organisasi yang mengatas namakan pelajar atau mahasiswa tentunya banyak jurus ataupun taktik yang dilakukan, seperti halnya mengajak para calon kader (pelajar atau mahasiswa) dengan cara berdiskusi, bertukar pikiran, gagasan, pengetahuan dan pengalaman bahkan perasaan sekalipun.
Target operasinya adalah mahasiswa yang masih kosong ataupun pikirannya suci dari kontaminasi racun, paham-paham heroisme kampus, stigma negatif kampus dan senior yang mengatasnamakan “ini adalah loyalitas kampus tanpa politik organisasi dengan doktrin supaya kalian tidak terjerumus dan mampus karena politik yang serius” begitu kira- kira.
Dunia kampus hari ini sudah menjelma menjadi ruang-ruang heroisme, bukan sebagai tempat konsolidasi pengetahuan, mahasiswa lupa akan jati dirinya sebagai orang yang memiliki peran dan tanggung jawab sosial. Tentunya ini sudah menjadi PR berat organisasi manapun entah itu extra kampus bahkan intra kampus. Pola kaderisasipun itu jelas berbeda, yang asalnya mahasiswa mencari sebuah organisasi namun kini organisasi lah yang mencari mahasiswa itu sendiri. Boleh jadi karena banyaknya mahasiswa yang apatis tehadap lingkungan, keadaan sekitar bahkan bodo amat dalam memasok nutrisi otaknya sendiri.
Organisasi manapun hari ini sedang berlomba-lomba dalam merecruit kader-kader barunya dengan segudang cara dan agitasi propaganda sebagai identitas kemahasiswaan nya. Akan tetapi sangat disayangkan ketika pola yang diterapkan itu aga sedikit melenceng daripada aturan yang ditetapkan, yang harusnya calon kader di baperi dengan pengetahuan untuk memperkokoh keyakinan akan tetapi kader-kader itu di baperi lewat perasaan, setelah masuk di tinggalkan dan dicampakan abis-abisan.
Hal itu tentunya sudah mejadi hal yang lumrah namun itu ber efek parah. Yang asalnya calon kader ingin berproses namun harapannya putus karena hatinya tergerus oleh domba-domba yang haus. Polemik seperti ini yang mesti di rubah untuk para kaum organisatoris, sungguh di sayangkn ketika organisasi hancur lebur dan tersungkur karena anggotanya terjebak dalam permainan perasaan yang tidak di pertanggung jawabkan.
Kekuatan organisasi hari ini harus di kuatkan dengan kader-kader yang militan dan memiliki jiwa aksetisisme. bukan menjadikan organisasi sebagai tempat persembunyian kemalasan. Landasan berfikir dan bergerak itu harus senantiasa di selaraskan, karena gerakan tanpa pemikiran itu timbulnya jadi pasukan barbarian.
Hal yang musti di titik tekankan adalah kaderisasi dalam sebuah organisasi,bukan lahan untuk baperisasi dengan segudang eksistensi. Jadikanlah kaderisasi sebagai proses penanaman nilai-nilai organisasi, tentunya itu sudah termaktub dalam lima argumentasi kaderisasi : idealis,strategis,praktis,pragmatis dan administatif.
Baperilah dengan pengetahuan, didiklah dengan pertanyaan, rawatlah dengan perasaan yang tidak dilebih-lebihkan. Tan malaka sekalipun menyebutkan dalam bukunya (aksi masa) “idealisme adalah kemenangan terahir seorang pemuda”
idealisme itu di perjuangkan bukan di pertarungkan. Tugas dan fungsi organisasi adalah penanaman ideologi agar para kader-kader atau mahasiswa itu di sesatkan ke jalan yang benar dan di ridhoi oleh Allah Swt.
Mulai dari sekarang tentunya harus sudah meluruskan niat, pikiran dan gerakan dalam menjalankan tugas organisasi yang semestinya. Gencarkan kaderisasi stop baperisasi! Fungsi latensi dan distribusi organisasi harus mulai di tanamkan dalam jajaran kepengurusan. Jangan sampai para kader hilang karena korban perasaan.
Keinginan, keraguan dan keyakinan ini sebagai proses awal yang harus dilalui oleh aktor-aktor organisasi, jangan pernah lelah untuk berproses. Dan pertahankanlah idealisme kita dengan cara ber organisasi.
Karena pagi yang indah datang setelah gelapnya malam, pikiran yang matang timbul dari keraguan, dan kaderisasi yang indah datang karena memakai pola pengetahuan dan mengenyampingkan larut dalam perasaan.
-Nasib terbaik adalah tidak dilahirkan
Yang kedua dilahirkan tapi mati muda
Dan yang tersial adalah umur tua
Rasa-rasanya memang begitu
Bahagialah bagi mereka yang mati muda (soe hok gie : catatan seorang demonstran,2017)
-Berfikirlah tanpa doktrin, bergeraklah tanpa intervensi
-Dunia adalah milik mereka yang mau membaca dan mengkritik (deninism)
#Deni permana
#mahasiswa uin bandung
#kembara.or.id
Daftar fustaka
Soe Hok Gie, Catatan Seorang Demonstran,LP3ES, Tahun 2017.
Kaderisasi adalah ajang dimana sebuah organisasi melakukan recruitment anggota baru sebagai pembaharu dalam menggerakan roda-roda organisasi, dalam proses ini tentunya banyak pengurus yang melakukan berbagai cara yang masif dan progresif dalam menarik hati para kader-kader baru. Apalagi organisasi yang mengatas namakan pelajar atau mahasiswa tentunya banyak jurus ataupun taktik yang dilakukan, seperti halnya mengajak para calon kader (pelajar atau mahasiswa) dengan cara berdiskusi, bertukar pikiran, gagasan, pengetahuan dan pengalaman bahkan perasaan sekalipun.
Target operasinya adalah mahasiswa yang masih kosong ataupun pikirannya suci dari kontaminasi racun, paham-paham heroisme kampus, stigma negatif kampus dan senior yang mengatasnamakan “ini adalah loyalitas kampus tanpa politik organisasi dengan doktrin supaya kalian tidak terjerumus dan mampus karena politik yang serius” begitu kira- kira.
Dunia kampus hari ini sudah menjelma menjadi ruang-ruang heroisme, bukan sebagai tempat konsolidasi pengetahuan, mahasiswa lupa akan jati dirinya sebagai orang yang memiliki peran dan tanggung jawab sosial. Tentunya ini sudah menjadi PR berat organisasi manapun entah itu extra kampus bahkan intra kampus. Pola kaderisasipun itu jelas berbeda, yang asalnya mahasiswa mencari sebuah organisasi namun kini organisasi lah yang mencari mahasiswa itu sendiri. Boleh jadi karena banyaknya mahasiswa yang apatis tehadap lingkungan, keadaan sekitar bahkan bodo amat dalam memasok nutrisi otaknya sendiri.
Organisasi manapun hari ini sedang berlomba-lomba dalam merecruit kader-kader barunya dengan segudang cara dan agitasi propaganda sebagai identitas kemahasiswaan nya. Akan tetapi sangat disayangkan ketika pola yang diterapkan itu aga sedikit melenceng daripada aturan yang ditetapkan, yang harusnya calon kader di baperi dengan pengetahuan untuk memperkokoh keyakinan akan tetapi kader-kader itu di baperi lewat perasaan, setelah masuk di tinggalkan dan dicampakan abis-abisan.
Hal itu tentunya sudah mejadi hal yang lumrah namun itu ber efek parah. Yang asalnya calon kader ingin berproses namun harapannya putus karena hatinya tergerus oleh domba-domba yang haus. Polemik seperti ini yang mesti di rubah untuk para kaum organisatoris, sungguh di sayangkn ketika organisasi hancur lebur dan tersungkur karena anggotanya terjebak dalam permainan perasaan yang tidak di pertanggung jawabkan.
Kekuatan organisasi hari ini harus di kuatkan dengan kader-kader yang militan dan memiliki jiwa aksetisisme. bukan menjadikan organisasi sebagai tempat persembunyian kemalasan. Landasan berfikir dan bergerak itu harus senantiasa di selaraskan, karena gerakan tanpa pemikiran itu timbulnya jadi pasukan barbarian.
Hal yang musti di titik tekankan adalah kaderisasi dalam sebuah organisasi,bukan lahan untuk baperisasi dengan segudang eksistensi. Jadikanlah kaderisasi sebagai proses penanaman nilai-nilai organisasi, tentunya itu sudah termaktub dalam lima argumentasi kaderisasi : idealis,strategis,praktis,pragmatis dan administatif.
Baperilah dengan pengetahuan, didiklah dengan pertanyaan, rawatlah dengan perasaan yang tidak dilebih-lebihkan. Tan malaka sekalipun menyebutkan dalam bukunya (aksi masa) “idealisme adalah kemenangan terahir seorang pemuda”
idealisme itu di perjuangkan bukan di pertarungkan. Tugas dan fungsi organisasi adalah penanaman ideologi agar para kader-kader atau mahasiswa itu di sesatkan ke jalan yang benar dan di ridhoi oleh Allah Swt.
Mulai dari sekarang tentunya harus sudah meluruskan niat, pikiran dan gerakan dalam menjalankan tugas organisasi yang semestinya. Gencarkan kaderisasi stop baperisasi! Fungsi latensi dan distribusi organisasi harus mulai di tanamkan dalam jajaran kepengurusan. Jangan sampai para kader hilang karena korban perasaan.
Keinginan, keraguan dan keyakinan ini sebagai proses awal yang harus dilalui oleh aktor-aktor organisasi, jangan pernah lelah untuk berproses. Dan pertahankanlah idealisme kita dengan cara ber organisasi.
Karena pagi yang indah datang setelah gelapnya malam, pikiran yang matang timbul dari keraguan, dan kaderisasi yang indah datang karena memakai pola pengetahuan dan mengenyampingkan larut dalam perasaan.
-Nasib terbaik adalah tidak dilahirkan
Yang kedua dilahirkan tapi mati muda
Dan yang tersial adalah umur tua
Rasa-rasanya memang begitu
Bahagialah bagi mereka yang mati muda (soe hok gie : catatan seorang demonstran,2017)
-Berfikirlah tanpa doktrin, bergeraklah tanpa intervensi
-Dunia adalah milik mereka yang mau membaca dan mengkritik (deninism)
#Deni permana
#mahasiswa uin bandung
#kembara.or.id
Daftar fustaka
Soe Hok Gie, Catatan Seorang Demonstran,LP3ES, Tahun 2017.


Komentar
Posting Komentar