|
Z
|
Sedikit
mengulas sejarah negara indonesia, hingga saat ini negara indonesia sudah
merdeka sekitar 72 tahun lamanya, akan tetapi ketika melihat fenomena sosial
yang terjadi justru negara kita jauh dari kata merdeka, substansi dari merdeka
itu salah satunya masyarakat sejahtera karena bisa merasakan kekayaan yang
dimiliki oleh negaranya. Namun semua itu bersifat utopis, justru yang dirasakan
masyarakat hari ini adalah kesulitannya akan mendapatkan pendidikan yang layak
karena terhimpitnya oleh sistem perekonomian yang sama sekali tidak memihak
terhadap kaum-kaum proletariat.
Sungguh
mirisnya negeri ini jika keadaan terus terusan dibudidayakan oleh orang-orang
yang berkepentingan demi jabatan sebagai alat penacapai kekayaan, mendapatkan
hasil dari perampokan yang berkedok pakaian putih celana hitam, perut buncit
karena pajak dan penghasilan.
Sedikit
menyoal dari pada teori nya vilfredo
pareto tentang teori circulation the
elit, isinya adalah “ 80 % kekayaan negara dimiliki oleh elit yang sedang
memerintah (minoritas) yang jumlah orangnya sekitar 20 % dan 80 % masyarakatnya
hanya menikmati 20 % dari kekayaan negara tersebut”, menurut teori ini sangatlah
jelas bahwa ketika di korelasikan dengan konteks indonesia hari ini sangatlah
relevan. Dengan di bungkamnya kebebasan kita untuk bisa masuk di tatanan sistem
negara ini sangatlah sulit umunya bagi masyarakat biasa, karena yang terjadi
perubahan nya itu adalah elit yang berkuasa ketika mengalami kemerosotan moral
lalu akan di gantikan oleh elit yang asalnya tidak memerintah dengan adanya
kesempatan ataupun momentum untuk melakukan pergantian kekuasaan.
Jangankan
di relevansikan dengan keadaan sistem nasional ketika di sandingkan dengan
keadaan lokalpun ini sangatlah relevan sekali, melihat fenomena birokrat yang
ada di bandung barat pun sama persisnya
seperti apa yang telah dikemukakan oleh vilfredo pareto. Hari ini banyak anak
lulusan sekolah sma/smk/ma dari berbagai daerah yang ada di indonesia ingin
melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi, namun sebagaian besar diantara mereka
justru tersendat cita-citanya karena benturan biaya kuliah yang sangat tinggi
ditambah lagi biaya hidup yang cukup besar dan mahal seperti di kota-kota besar
yang ada di indonesia. Karena dengan hal itulah banyak anak muda dan para orang
tua siswa enggan untuk melanjutkan anaknya ke perguruan tinggi. Sehingga jalan
terakhir yang di ambil adalah menjadi seorang pekerja. Sungguh di sayangkannya
itu bahwa meembicarakan masalah kesadaran pendidikan ini sangatlah minim
sekali, apalagi orang yag sudah tau uang, rasanya sudah tidak memperdulikan
lagi bahwa pentingnya akan kesadaran pendidikan, karena yang termaktub dalam
otak nya itu adalah hal-hal yang pragmatis. Apalagi bagi penduduk pedesaan yang
belum terjamah oleh pendidikan yang merata, tentu ini akan menjadi salah satu
hal yang cukup menyulitkan untuk menumbuhkan paradigma positif terhadap
masyarakat terkhusus bagi kaum mudanya sebagai generasi penerus bangsa.
Langkah
kita sebagai kaum intlektual harus mulai mengikis stigma negatif terhadap
pendidikan yang seringkali membelenggu otak masyarakat,dengan cara memberikan
motivasi-motivasi terhadap masyarakat yang masih awam akan pendidikan. Karena
biaya itu bukan hal yang paling fundamental dalam dunia pendidikan, yang harus
menjadi hal yang mendasar adalah niat dan tekad yang kuat serta restu dari
orang tua.
“kalau kamu hidup hanya ingin
sekedar hidup apa bedanya kamu dengan babi di hutan, kalau kamu hidup hanya
sekedar ingin mencari pekerjaan apa bedanya kamu dengan kera di hutan” Buya hamka
Jadilah kalian utusan tuhan yang bermanfaat bagi
orang banyak
janganlah
kalian mau ditipu daya oleh sistem-sistem yang ada
Belajarlah dari mereka yang ada diatasmu
Nikmatilah hidup dari mereka yang ada disampingmu
Hargailah mereka yang ada dibawahmu
#hidup_mahasiswa_yang_melawan
#tetesanpenapermana.blogspot.com
#Deni
permana 08 Mei 2018

Komentar
Posting Komentar